Queen - The Show Must Go On

Empty spaces - what are we living for
Abandoned places - I guess we know the score
On and on, does anybody know what we are looking for...
Another hero, another mindless crime
Behind the curtain, in the pantomime
Hold the line, does anybody want to take it anymore
The show must go on,
The show must go on
Inside my heart is breaking
My make-up may be flaking
But my smile still stays on.
Whatever happens, I'll leave it all to chance
Another heartache, another failed romance
On and on, does anybody know what we are living for?
I guess I'm learning, I must be warmer now
I'll soon be turning, round the corner now
Outside the dawn is breaking
But inside in the dark I'm aching to be free
The show must go on
The show must go on
Inside my heart is breaking
My make-up may be flaking
But my smile still stays on
My soul is painted like the wings of butterflies
Fairytales of yesterday will grow but never die
I can fly - my friends
The show must go on
The show must go on
I'll face it with a grin
I'm never giving in
On - with the show -
I'll top the bill, I'll overkill
I have to find the will to carry on
On with the -
On with the show -
The show must go on...

Doa dan kematian

Mayat tlah ditanamkan
dengan iringan doa entah kepada siapa
mayat diam tak peduli
hanya menunggu cacing dan belatung
hingga tulang rapuh menjadi sisa

Aku tidak percaya Tuhanmu, Tuhannya dan Tuhan mereka
kalau dia memang ada, kenapa dia tidak mendengar doa dan pinta
kenapa dia memilih doa siapa yg akan terkabul?
kenapa dia biarkan persoalan bagai gelombang?
tulang tua tak kuat menanggung beban
kematian menjadi pilihan

Tuhan hanya sebuah ilusi
dimana kita bisa menipu diri dengan harapan
berkhayal ada yang mendengar doa

Tulang tua dan rapuh tak butuh doa
tak ada yang bisa mengabulkannya
hanya ilusi dan mimpi tentang keajaiban

Hidup dan mati adalah pilihan
bukan nasib ataupun takdir dari
yang kau sebut sebagai TUHAN.

Apakah aku atheis?

Aku cinta dia yang mendera Tuhannya, karena ia cinta akan Tuhannya; sebab ia harus binasa oleh kemurkaan Tuhannya. ....Nietzsche, Zarathustra.


Ditengah hidup yang penuh ketidakpastian, semakin sering saya pertanyakan tentang definisi agama dan Tuhan. Semakin saya menelaah dan mencerna berbagai teori tentang Tuhan (tentu saja sebatas kemampuan otak yang saya miliki), semakin irrasional dan semakin menjadi abu-abu.

Para filsuf adalah orang dengan cara berpikir dan ide yang sulit diterima oleh khalayak, mereka merasa perlu untuk membagi ide dan pandangan hidup mereka. Karena kecenderungan menyendiri mereka, mereka butuh alat untuk mencari pertemanan dan pendukung. Akhirnya mereka menciptakan sebuah ajaran yang akan mudah diterima oleh khalayak karena mereka berusaha menunjukkan sebuah argumen yang tak terbantahkan, dan sebenarnya ajaran mereka satu sama lain tidak berbeda, menjual mimpi tentang masa depan yang indah dan tata hidup yang ideal (menurut mereka). Mereka menjual ajaran yang mereka sarikan dari mimpi khalayak yang dapat mereka tangkap. Mereka tawarkan sebuah solusi dengan teori yang mereka keluarkan. Ketika ajaran mereka berbenturan dengan ajaran yang lain, mereka mencoba berdebat, ada yang menggunakan kekerasan. Bahkan apabila semua cara sudah tidak berhasil, bahkan mereka mengorbankan diri mereka sebagai gambaran tentang pengorbanan akan sebuah kebenaran. Kalau semua ajaran benar, kenapa ada yang bersinggungan? Sebelumnya perlu kita mengerti dahulu apa itu benar dan apa itu salah. Benar dan salah hanya hasil perdebatan dari sebuah nilai. Ketika nilai tersebut tidak bisa dibantah maka, disebut benar. Ketika bisa dipatahkan disebut salah. Ketika pihak yang setuju dengan nilai yang akhirnya yang disebut salah tidak bisa menerima, maka mereka akan membentuk komunitas baru dengan segala macam ide baru mereka untuk menandingi komunitas lawan. Disitulah persinggungan mulai terbentuk. Dan semakin mereka mencoba merebut pengikut saingan mereka, mereka mencoba membuat sebuah perbedaan tetapi yang dapat diterima oleh masyarakat. Sebuah alat yang berupa ajaran yang kemudian disarikan menjadi sebuah buku yang berisi aturan, tidaklah lengkap tanpa sosok pengawas dan pemberi sangsi. Untuk itulah kemudian mereka ciptakan sebuah istilah yang mereka sebut sebagai Tuhan.

Tuhan adalah sebuah definisi untuk sesuatu yang tidak bisa kita definisikan, dimana para filsuf mencoba menemukan bentuk yang paling ideal dari ketidaksempurnaan yang mereka miliki. Mereka mencoba membentuk sebuah karakter yang tidak bisa disanggah oleh siapapun. Satu demi satu sosok ideal mereka berhasil dibantah oleh masyarakat, sehingga terjadi sebuah seleksi dan pengembangan dari sosok tersebut oleh generasi berikutnya. Pada akhirnya akan terbentuk sebuah sosok yang benar-benar sempurna tanpa bisa dipertanyakan oleh siapapun karena terlalu sempurna untuk sebuah pertanyaan konyol dari ketidaksempurnaan kita. Ketika sebuah sosok yg mereka sebut sebagai Tuhan telah terbentuk, maka terbentuk pula sosok imajiner yang berubah menjadi pengatur dan pengawas bagi penganut ajarannya, setidaknya dijadikan sosok pemimpin oleh para penyampai gagasan tersebut sehingga mereka punya sebuah senjata untuk memperdaya ataupun mencari teman dan pengikut dari sosok yang mereka ciptakan itu. Pada dasarnya, pencetus gagasan dan ide itu adalah orang yang mencari pembenaran dari ide yang keluar dari otak sepi mereka.

Ketika ide dan ajaran mulai beraneka ragam dan persinggungan semakin kerap terjadi, kita semakin tidak bisa memahami, mana ajaran yang paling benar? Tuhan siapa yang paling benar?

Kenapa kita tidak menciptakan Tuhan sendiri dengan ajaran yang paling masuk akal bagi kita?
Dan saya sendiri sedang mencari pembenaran dari ide yang ada di otak saya, dengan menggunakan alat sebuah pernyataan. Tuhan hanya sebuah definisi dari hal yang tidak terdefinisi yang merupakan sosok paling ideal dari impian yang tidak bisa kita penuhi.

ANUGERAH TERINDAH BUAT KITA


Keindahan yang menjadi tempat berpegang...